Efek Analgetik Kombinasi Ekstrak Rimpang Lempuyang Wangi dan Daun Pepaya
Efek Analgetik Kombinasi
Ekstrak Daun Pepaya Dan Ekstrak
Rimpang Lempuyang
Wangi pada Mencit Swiss Webster
Sari Meisyayati*, Nurahman Cahyadi, Dewi Patmayuni
Program Studi S-1 Farmasi Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Jl.Ariodilla No.22 Palembang, Sumatera
Selatan, 30128
email: sari.meisyayati@gmail.com, Hp: 081221217526
ABSTRAK
Ekstrak daun pepaya (Carica papaya Linn) dan rimpang
lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Vall.) diketahui memiliki efek analgetik.
Pengombinasian kedua ekstrak tersebut bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya
efek analgetik yang bersifat sinergis ataupun aditif sehingga dapat digunakan
untuk pengembangan jamu maupun obat herbal terstandar. Penelitian ini
menggunakan mencit putih jantan galur Swiss Webster yang dibagi secara acak
menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif (Asetosal
65 mg/kgbb), ekstrak daun pepaya dosis tunggal (200 mg/kgbb), ekstrak rimpang
lempuyang wangi dosis tunggal (425 mg/kgbb),
kombinasi ekstrak setengah dosis tunggal (100 mg/kgbb & 212,5
mg/kgbb), kombinasi ekstrak seperempat dosis tunggal (50 mg/kgbb & 106,25
mg/kgbb). Efek analgetik diuji dengan metode Writhing Test menggunakan asam
asetat 1% sebagai penginduksi nyeri. Parameter berupa respon nyeri yang
ditunjukkan oleh gerakan geliat dihitung tiap 5 menit selama 60 menit. Hasil
penelitian menunjukkan, jumlah respon
nyeri rata-rata tiap kelompok perlakuan berturut-turut adalah 195,2; 44,4; 85,4;
73,2; 92,4 dan 73,4. Data dianalisa dengan menggunakan ANOVA satu arah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok ekstrak tanaman memberikan efek
yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol negatif (P< 0,005).
Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA satu arah, terlihat adanya efek analgetik
yang sinergis pada kelompok mencit yang diberikan sediaan kombinasi ekstrak
pada kelompok hewan yang diberi dosis seperempat dosis tunggalnya
masing-masing. Belum terlihatnya efek yang sinergis pada kelompok hewan yang
diberi kombinasi ekstrak dosis setengah dari dosis tunggalnya, kemungkinan
karena memadainya jumlah senyawa lain yang terkandung dalam kedua ekstrak
bersifat antagonis sehingga efek analgetiknya menurun.
Kata kunci : Carica papaya Linn, Zingiber aromaticum Vall.,
Analgetik, Kombinasi
Pendahuluan
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan pada jaringan. Timbulnya rasa
nyeri melibatkan sejumlah jaringan syaraf di otak yang merespon terhadap
rangsangan aferen. Modulasi syaraf tepi dan pusat yang timbul akibat jaringan
yang rusak yang bersifat sementara dikenal sebagai nyeri nosiseptif atau
dikenal sebagai nyeri akut dan bila berlangsung lama disebut nyeri neuropatik
atau dikenal sebagai nyeri kronik (Dipiro, JT et al. 2014). Nyeri merupakan alasan
umum yang membuat seseorang mengunjungi layanan kesehatan. Manajemen nyeri yang
buruk dapat menjadi sumber pengeluaran dan berdampak secara sosial dan ekonomi
(Ung et al.2016).
Salah satu penanganan untuk mengobati rasa nyeri
adalah dengan penggunaan obat analgetik. Penggunaan obat analgetik sintetik
untuk mengobati nyeri dalam jangka waktu panjang dan tidak terkontrol
dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Pamela E
Macintyre & Stephan A Schug. 2015). Kendala lainnya adalah biaya pengobatan
nyeri relatif cukup besar sehingga terbatas hanya dapat dilakukan oleh kalangan
tertentu saja. .
Melihat banyaknya efek samping yang dihasilkan maka
diperlukanlah penemuan obat baru yang jauh lebih aman penggunaannya. Peran
tanaman obat masih menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mengobati suatu
penyakit. Obat tradisional diyakini memiliki efek samping yang lebih kecil
apabila digunakan secara benar dan tepat sehingga penggunaannya relatif lebih
aman (Herbie, 2015).
Beberapa tanaman yang digunakan untuk mengobati nyeri
adalah daun pepaya (Carica papaya Linn.) (Winasis, 2015) dan rimpang lempuyang
wangi (Zingiber aromaticum Val.) (Hariana, 2008). Hasil skrining fitokimia
menunjukkan bahwa daun pepaya memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,
glikosida, dan tanin (Mahatriny dkk, 2014). Untuk hasil skrining fitokimia dari
rimpang lempuyang wangi diketahui memiliki kandungan senyawa flavonoid,
terpenoid, saponin dan tanin (Rohimah, 2015). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Prasditya dan Rejeki (2014) ekstrak daun pepaya pada dosis 50
mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200mg/kgBB mampu memberikan efek analgetik dan didapat
daya analgetik paling baik pada dosis 200mg/kgBB. Untuk ekstrak rimpang
lempuyang wangi pada dosis 425 mg/kgBB, 850 mg/kgBB, 1275 mg/kgBB dan 1700
mg/kgBB mampu memberikan efek analgetik dan didapat daya analgetik paling baik
pada dosis 425 mg/kgBB (Widiasari, 2015).
Pada penggunaan obat sering kita temukan adanya
kombinasi dari dua obat atau lebih dengan tujuan meningkatkan daya kerja terapi
obat tanpa meningkatkan efek samping dari obat tersebut (Tallarida, RJ.2001).
Penelitian penggunaan kombinasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya Linn.) dan
ekstrak rimpang lempuyang wangi (Zingiber
aromaticum Val.) sebagai efek analgetik belum pernah dilakukan. Penelitian ini
dilakukan untuk memberikan dasar ilmiah penggunaan kombinasi ekstrak daun
pepaya dan ekstrak rimpang lempuyung wangi sebagai analgetik, sehingga
didapatkan manfaatnya .
Bahan
dan Metode
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seperangkat alat refluks, rotary evaporator, corong (pyrex), timbangan
analitik, spatel, sudip, beaker gelas (pyrex), labu takar (pyrex), erlenmeyer
(pyrex), kandang mencit, tempat makan dan minum mencit, stopwatch, lumpang dan
stamper, pengaduk kaca, jarum suntik oral dan spuit injeksi.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
daun pepaya (Carica papaya Linn.), rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum
Val.), etanol hasil destilasi, asetosal, tween 80, asam asetat, aquadest,
kertas saring, tisu dan kapas.
Proses ekstraksi daun pepaya dan rimpang lempuyung
wangi dilakukan dengan cara panas yaitu dengan proses refluks dan ditambahkan etanol hasil
destilasi selama 3 kali 3 jam dan dilanjutkan dengan penguapan secara rotary
avaporator. Sediaan uji dibuat dengan mensuspensikan senyawa uji untuk
masingmsing kelompok perlakuan menggunakan
tween 80 2% dan kelompok negatif
hanya diberikan larutan tween 80 2%
Pada penelitian ini hewan percobaan yaitu mencit putih
jantan galur Swiss Webster sehat berumur
2 bulan dengan bobot kurang lebih
20-30 gram sebanyak 30 ekor dibagi
secara acak menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif (tween 80 2%),
kontrol positif (Asetosal 65 mg/kgbb), (200 mg/kgbb), ekstrak rimpang lempuyang
wangi dosis tunggal (425 mg/kgbb), kombinasi ekstrak setengah dosis tunggal (100
mg/kgbb & 212,5 mg/kgbb), kombinasi ekstrak seperempat dosis tunggal (50
mg/kgbb & 106,25 mg/kgbb). Sediaan
uji diberikan satu jam sebelum percobaan. Efek analgetik diuji dengan metode Writhing
Test menggunakan asam asetat 1% sebagai penginduksi nyeri. Jumlah geliat
masing-masing hewan percobaan yang telah diinduksi nyeri dihitung secara manual
setiap 5 menit selama 60 menit (Millind & Monu. 2012) Selanjutnya jumlah
geliat tersebut diakumulasi sehingga diperoleh data jumlah geliat kumulatif
untuk tiap-tiap hewan percobaan. Data tersebut dianalisa secara statistik
dengan uji ANOVA(Analysis of varians) one way dan Duncan.
Hasil
dan Pembahasan
Pemberian ekstrak daun papaya (Carica papaya Linn) dan
ekstrak rimpang lempuyung (Zingiber Aromaticum Vall ) baik secara tunggal
maupun kombinasinya menghasilkan jumlah geliat kumulatif rata-rata yang jauh
lebih kecil dibanding kelompok kontrol negatif
setelah penginduksian nyeri dengan asam asetat 1% (Tabel 1). Lebih lanjut, berdasarkan
pengolahan data secara ANOVA one way, menunjukkan perbedaan yang signifikan
(P=0,000). Hal tersebut bermakna bahwa hewan percobaan pada masing-masing
kelompok yang diberi ekstrak daun pepaya dan ekstrak rimpang lempuyang wangi
baik tunggal maupun kombinasi merasakan nyeri lebih sedikit dibanding kelompok
kontrol yang hanya diberikan larutan tween 2%.
Tabel 1. Rerata jumlah
geliat kumulatif masing-masing kelompok perlakuan.
Perlakuan
|
Jumlah Geliat
Kumulatif RataRata
|
Kontrol (-)
|
195,2±9,98
|
Kontrol (+)
|
44,4±1,52
|
EDP 200
|
85,4±4,04
|
ERL 425
|
73,2±3,4
|
EDP 100 +ERL212,5
|
92,4±2,4
|
EDP 50 + ERL 106,26
|
73,4±3,65
|
Keterangan :
EDP : Ekstrak Daun Pepaya
ERL : Ekstrak Rimpang Lempuyang wangi
Pada grafik batang yang menunjukkan jumlah geliat
kumulatif rata-rata masing-masing kelompok perlakuan (Gambar 1), terlihat nilai
yang berdekatan pada kelompok kombinasi
dosis seperempat dan dosis tunggalnya. Hal tersebut bermakna bahwa penggunaan
ekstrak daun pepaya dan ekstrak rimpang lempuyang wangi dalam jumlah yang lebih
kecil dapat menghasilkan efek yang sebanding dengan pemberian dosis penuh
tunggalnya bila diberikan dalam bentuk kombinasi sehingga dapat diduga adanya
efek analgetik sinergis pada kombinasi ekstrak dengan dosis seperempat dosis
tunggalnya.
Keterangan :
1 : Kontrol negatif 4 : ERL 425 mg/kgbb 2 : Kontrol
positif 5 : Kombinasi EDP 100 mg/kgbb + ERL 212,5 mg/kgbb 3 : EDP 200 mg/kgbb 6
: Kombinasi EDP 50
mg/kgbb + ERL 106,25 mg/kgbb
Gambar 1. Kurva rerata jumlah
geliat kumulatif masing-masing kelompok
perlakuan
Berbeda halnya dengan kelompok hewan percobaan yang
diberikan sediaan kombinasi kedua ekstrak pada dosis setengah dari dosis
tunggalnya masing-masing, terlihat jumlah geliat kumulatif yang lebih besar
dibanding kelompok hewan percobaan yang diberikan sediaan ekstrak tunggalnya.
Hal tersebut menunjukkan efek penekanan nyeri pada kelompok tersebut lebih
kecil dibanding kelompok hewan yang diberi ekstrak dosis tunggalnya. Dengan
kata lain, belum terlihat adanya efek analgetik yang sinergis antara kedua
ekstrak. Hal tersebut diduga karena
karena jumlah senyawa yang bersifat antagonis yang terkandung dalam kedua
ekstrak masih cukup besar sehingga efek analgetiknya menurun.
Simpulan
Terlihat adanya efek analgetik yang sinergis pada kelompok mencit yang diberikan sediaan kombinasi ekstrak pada kelompok hewan yang diberi dosis seperempat dosis tunggalnya masing-masing. Belum terlihatnya efek yang sinergis pada kelompok hewan yang diberi kombinasi ekstrak dosis setengah dari dosis tunggalnya, kemungkinan karena jumlah senyawa yang bersifat antagonis yang terkandung dalam kedua ekstrak masih cukup besar sehingga efek analgetiknya menurun.
Daftar Pustaka
Ung,Andrew, Yenna Salamanson, Wendy Hu, Gisselle Galego. 2016. Assesing knowledge, perceptions, and attitudes to pain management among medical and nursing students: a review of literature. British Journal of Pain 2016. The British Pain Society. Diambil dari
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.117
7/2049463715583142.diakses 30 Januari 2017.
Dipiro, Joseph T , Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L. Michael
Posey.2014 . Pain Management. Pharmacotherapy:
A Pathophysiologic Approach, Ninth Edition. USA: McGrawHill Education.
Pamela E Macintyre &
Stephan A Schug. 2015. Acte Pain Management : A Practical Guide. 4th Ed. Boca Raton: CRC Press
Hariana, A. 2008.
Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat : 226 Tumbuhan Untuk Penyenbuhan Penyakit Dan Kebugaran Tubuh. Edisi I.Yogyakarta : Octopus Publishing House
Tallarida, Ronald J.2001. Drug Synergism: Its Detection and Aplication. Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics. Vol. 298.Issue 3. 1 September 2001.p.865-872.
Prasiditya, Y dan Rejeki, S. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya l.) Sebagai Analgetik. Indonesian Journal On Medical Science. 01 : 64-68.
Rohimah, I. 2015. Uji analgetik fraksi nheksana ekstrak etanol rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) dan identifikasi kandungan kimia secara KLT.(Skripsi). Surakarta :Universitas Sebelas Maret.
Comments
Post a Comment